Menjadi Narsis yang Pintar

Beberapa waktu terakhir, telinga dan mata saya terasa amat pegal, dan hati kesal. Tidak, saya tidak sedang sakit mata atau congek’an. Atau juga tidak sedang bermasalah dengan pacar saya. Hanya saja saya sedang kesal dengan orang-orang yang narsis tapi bodoh.

Kamu pasti tau tentang kasus-kasus artis-artis yang tertangkap basah kamera media penghibur (untuk membahasakan wartawan infotainment.. duh) dengan pakaian seksi mereka. Ada yang sedang berbikini ria di pantai, di kolam, di atas boat atau ada yang dengan sengaja bernarsis ria di taman masih dengan pakaian seksi. Kemudian saat ditanya sang artis akan menjawab bahwa foto itu diambil dari facebook, diambil dari kamera yang dicuri orang atau akan bilang baju yang dipakai sudah sesuai dengan tema pengambilan gambarnya. Gak cuma artis-artis yang udah berumur saja tapi hal ini juga dilakukan oleh mereka yang masih ABG. Tidak hanya ditampilkan lewat media-meida penghibur itu saja, tapi gambar-gambar itu juga dapat diunduh di internet atau dicopy dari telpon genggam.

Yang bikin mata dan telinga saya panas, hati saya kesal adalah saya hanya tidak habis pikir mengapa orang tidak mepresentasikan dirinya dengan cara yang lebih pintar? Lebih bermutu? Tidak hanya melalui hal yang sangat dasar yang hanya membedakan bentuknya dengan mahluk yang lainnya.

Saya jadi ingat satu kalimat yang diucapkan oleh David Suzuki, seorang ahli biologi dari Kanada. Menurutnya yang membedakan manusia dengan mahluk yang lain adalah karna otak manusia memiliki daya pikir, kreatifitas dan daya prediksi ke depan yang lebih maju dibandingkan dengan hewan atau tumbuhan. Dengan kemampuan itulah keberadaan manusia bisa lebih berkualitas dibandingkan dengan mahluk yang lain.

Meski berbeda-beda dalam memanfaatkan potensi yang ada di otaknya, saya percaya jika mau setiap orang pasti bisa menghasilkan karya yang tidak harus berhubungan dengan bentuk fisik semata. Setiap orang berapapun umurnya dapat menampilkan dirinya melalui buah pemikirannya. Karna dengan demikian masyarakat akan tau bahwa untuk itu setiap orang harus bekerja keras, mengorganisasikan diri, menghargai dirinya sendiri dan tentu saja tidak memancing orang lain untuk merendahkan dirinya.

Kebebasan berekspresi yang kadung menjadi tameng atas perilaku narsis tersebut tidak lantas membenarkan semuanya. Karna segala macam bentuk kebebasan mempunyai konsekuensi. Karna ketika ada kebebasan pada saat itulah ada tanggung jawab yang harus diemban, karna ada hukum sebab akibat dan ada efek dari segala macam tindakan.

Bisa jadi mereka juga terjajah oleh budaya liberal yang membombardir pikiran mereka sejak mereka masih kecil. Sehingga tidak menyadari bahwa mereka telah terjajah oleh bentuk kebudayaan baru yang hanya akan menguntungkan bagi sebagian pihak seperti produk kecantikan, pakaian atau media massa. Bentuk penjajahan yang tidak hanya dirasakan oleh para penyebar budaya ini tapi juga oleh anak-anak muda lain.

Tapi saya rasa sekarang di saat belenggu-belenggu pembatasan sedikit demi sedikit susut, adalah masa di mana seharusnya pikiran kitalah yang merepresentasikan diri kita.

redrena

~ by dimensirena on May 8, 2008.

Leave a comment